Alasan Orang Gemuk Tak Boleh Olahraga yang Ada Lompatan
Siapapun paham, olahraga sangat
baik untuk kesehatan, menjaga kebugaran, dan mencegah penyakit. Bahkan,
ada kesimpulan penelitian yang mengatakan olahraga bisa menjadi obat.
Tapi, berolahraga tidak sepenuhnya baik, tidak seluruhnya menyehatkan, dan juga mencegah penyakit. Ada pula olahraga yang memiliki dampak buruk, menimbulkan penyakit, dan bahkan kematian. Bukan olahraga sebagai kata kerja yang salah, tapi cara seseorang berolahraga yang keliru sehingga menjadi sia-sia atau malah menghasilkan dampak buruk bagi kesehatan.
Apapun olahraganya, sebaiknya sebelum berolahraga seseorang memastikan terlebih dulu detak jantungnya tidak lebih dari 100 degup jantung per menit (beat per minute/bpm). Jika seseorang memaksakan olahraga saat detak jantungnya sudah di atas 100 bpm, detak jantung tersebut akan berdegup lebih kencang lagi saat berolahraga sehingga tidak akan mampu menahan beban berat yang mengakibatkan jantung berhenti atau kematian.
Cara sederhana untuk mengukur detak jantung adalah dengan menghitung
denyut nadi di pergelangan tangan selama 15 detik. Jumlah denyut nadi
yang didapat kemudian dikalikan empat. Jika detak jantung masih di atas
100 bpm, istirahatlah lebih dulu.
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi detak jantung berdegup cepat, yaitu
gangguan kesehatan jantung, istirahat yang tidak cukup, dan mengonsumsi
minuman berenergi. Pantangan lain dalam berolahraga ditujukan bagi
seseorang yang memiliki indeks massa (BMI) tubuh melebihi 30 atau masuk
kategori gemuk.
Cara menghitung indeks massa tubuh dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan dalam skala meter, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan tinggi badan. Seseorang yang indeks massa tubuh lebih dari 30 dilarang melakukan olahraga yang ada kegiatan melompat. Olahraga yang ada unsur melompatnya, seperti bola basket, lompat tali, bulu tangkis, dan juga lari.
Zaini memaparkan seseorang yang berlari akan berada pada masa seluruh tubuh melayang di udara sebelum akhirnya kembali mendarat di tanah. Berbeda dengan olahraga jalan cepat di mana telapak kaki tidak pernah lepas dari tanah. Seseorang yang mendarat setelah melompat akan menghasilkan empat kali beban tubuh yang ditopang olah otot-otot kaki.
Sementara, jika orang dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 atau masuk kategori gemuk, bahkan obesitas, melakukan olahraga dengan gerakan melompat akan berdampak buruk pada persendiannya. Efek jangka panjangnya, orang tersebut berisiko lebih tinggi menderita rematik.
Tapi, berolahraga tidak sepenuhnya baik, tidak seluruhnya menyehatkan, dan juga mencegah penyakit. Ada pula olahraga yang memiliki dampak buruk, menimbulkan penyakit, dan bahkan kematian. Bukan olahraga sebagai kata kerja yang salah, tapi cara seseorang berolahraga yang keliru sehingga menjadi sia-sia atau malah menghasilkan dampak buruk bagi kesehatan.
Spesialis
kedokteran olahraga dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Olahraga, dr. Zaini K. Saragih Sp.KO., menerangkan olahraga yang benar
dilakukan secara bertahap, dimulai dengan pemanasan, termasuk
peregangan, selama 5-10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti 20-60
menit, diakhiri dengan pendinginan 5-10 menit.
Apapun olahraganya, sebaiknya sebelum berolahraga seseorang memastikan terlebih dulu detak jantungnya tidak lebih dari 100 degup jantung per menit (beat per minute/bpm). Jika seseorang memaksakan olahraga saat detak jantungnya sudah di atas 100 bpm, detak jantung tersebut akan berdegup lebih kencang lagi saat berolahraga sehingga tidak akan mampu menahan beban berat yang mengakibatkan jantung berhenti atau kematian.
Cara menghitung indeks massa tubuh dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan dalam skala meter, kemudian hasilnya dibagi lagi dengan tinggi badan. Seseorang yang indeks massa tubuh lebih dari 30 dilarang melakukan olahraga yang ada kegiatan melompat. Olahraga yang ada unsur melompatnya, seperti bola basket, lompat tali, bulu tangkis, dan juga lari.
Zaini memaparkan seseorang yang berlari akan berada pada masa seluruh tubuh melayang di udara sebelum akhirnya kembali mendarat di tanah. Berbeda dengan olahraga jalan cepat di mana telapak kaki tidak pernah lepas dari tanah. Seseorang yang mendarat setelah melompat akan menghasilkan empat kali beban tubuh yang ditopang olah otot-otot kaki.
Sementara, jika orang dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 atau masuk kategori gemuk, bahkan obesitas, melakukan olahraga dengan gerakan melompat akan berdampak buruk pada persendiannya. Efek jangka panjangnya, orang tersebut berisiko lebih tinggi menderita rematik.
Comments
Post a Comment